Selasa, 24 Juni 2008

METODE PELATIHAN

METODE PELATIHAN

A. PENDAHULUAN

Pelatihan adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap peserta dengan cara yang spesifik. Pengetahuan tentang jenis pelatihan dan bagaimana merancang suatu pelatihan ini sangat penting, agar pelatihan yang dilaksanakan efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa penulis yang telah menjelaskan metode pelatihan dari sudut pandang, penekanan dan kepentingan mereka, antara lain : Morgan, et al. (1976), Lunandi (1982), Malon (1984).

B. PELATIHAN KEPEKAAN

Pada 10 atau 15 tahun yang lalu, penekanan diletakkan pada metode yang dapat digunakan untuk membuat semua anggota suatu kelompok peka terhadap peranan penting yang mereka lakukan.

Setelah Perang Dunia II, Dr. Lee Bradford dan kawan-kawan meng-organisasikan Laboratorium Pelatihan Nasional di Bethel, Maine, USA. Mereka percaya bahwa ada suatu metode yang dapat membantu peserta lebih memahami diri mereka sendiri, dan melalui pelatihan kelompok mengembangkan peserta sehingga mempunyai perasaan peka terhadap teman sekerja mereka. (Morgan, et al. (1976).

Tujuan khusus Laboratorium Pelatihan Nasional adalah untuk membuat orang memahami diri sendiri, dapat bergaul dengan baik dengan rekan kerja, dan mampu membuat keputusan sendiri.

1. Kelompok - T.

Jantung pelatihan adalah kelompok-T, suatu istilah yang sama artinya dengan kelompok training (kelompok pelatihan). Pengalaman kelompok-T ini dianggap sebagai aspek terpenting, sebab seseorang memperoleh pengaruh emosional yang kuat.

Diharapkan bahwa kelompok-T dapat berperan sebagai “wadah peleburan” interaksi personal yang dapat mengasilkan suasana belajar yang kondusif. Suasana yang kondusif adalah salah satu unsur utama dari pengalaman kelompok-T. Anggota kelompok-T mungkin tidak saling mengenal satu sama lain, karena datang dari latar belakang kehidupan yang sangat berbeda.

Introspeksi, evaluasi diri atau kegiatan kecil kelompok sekitar “di sini dan sekarang” yang intensif merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh kelompok-T, maksudnya adalah percakapan dan tanggapan dalam kelompok-T tidak boleh dibawa keluar. Pernyataan yang terus terang dan kadangkala kasar. Pada titik ini, pengalaman pelatihan sering menimbulkan pengaruh yang negatif, yakni menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan.

Setiap kelompok-T harus mempunyai seorang pelatih ahli. Sementara ia bicara atau bergerak diantara 10 – 12 orang anggota kelompok, ia berada disitu untuk mengamati kelompok dari waktu ke waktu. Fungsi yang sangat penting ini memerlukan keahlian. Pelatih yang kompeten harus hadir untuk mengamati reaksi anggota kelompok ketika mereka menghadapi situasi yang membingungkan. Tanpa adanya agenda atau arahan yang jelas, situasi yang membingungkan cenderung menyebabkan “sifat manusia yang kasar” timbul; disaat inilah diperlukan seorang ahli untuk menganalisis siapa yang berpartisipasi, siapa yang bicara kepada siapa, suasana belajar yang bagaimana yang terjadi, siapa pimpinan kelompok, apakah ada agenda tersembunyi, dan lain-lain. Pelatih mengandalkan pengamatannya dan menganalisis situasi kritis untuk membantu peserta dalam menumbuhkan kelompok, sementara pelatihan tetap berlangsung.

2. Persiapan Pelatihan.

Mengamati situasi di perusahaan atau di rumah merupakan hal yang penting, yaitu untuk menentukan masalah yang perlu pemecahan. Identifikasi masalah biasanya merupakan langkah pertama menuju pemecahan masalah.

Perlu dipertanyakan apakah kegiatan awal dalam laboratorium pelatihan kepekaan dapat diungkapkan kepada calon peserta, sehingga peserta yang masuk ke laboratorium mempunyai konsep harapan teetang manfaat apa yang dapat diberikan laboratorium kepadanya.

Pengenalan laboratorium pelatihan mungkin menyebabkan shock sehingga bisa mengakibatkan calon peserta mengurungkan niat untuk mengikuti pelatihan. Introspeksi dapat membantunya untuk bergerak secara kreatif menuju tujuan yang diinginkan. Tujuan yang jelas perlu dipikirkan sebelum pelatihan, agar pengalaman pelatihan dapat membantu peserta membuat perubahan yang dikehendaki tanpa mengalami frustasi.

3. Manfaat Pelatihan.

Proses penerapan pengalaman laboratorium ke dalam realitas, sekembalinya ke rumah menunjukkan hasil/manfaat pelatihan bagi individu. Tidak ada bisnis atau industri yang mengizinkan semua pimpinan menyerahkan semua kegiatan pada keputusan kelompok dan berjalan dengan kediktatoran secara penuh dari atas ke bawah. Diharapkan bahwa pelatihan kepekaan akan membantu kelompok dalam mengenal bagaimana melakukan kompromi yang menyenangkan diantara kedua ekstrem tersebut.

Pelatihan kepekaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap bisnis dan industri serta organisasi keagamaan dan profesi. Sebagai contoh, dalam profesi mengajar terjadi ketegangan antara guru dan administrator. Untuk mengatasinya perlu mengembangkan empati dan tujuan yang dapat dipenuhi dengan cara pelatihan kepekaan tersebut.

4. Peringatan.

Terdapat beberapa peringatan yang perlu dicatat jika ingin merencanakan pelatihan kepekaan, yaitu sebagai berikut :

a. Harus cukup waktunya untuk membawa perubahan pada peserta.

b. Hasil yang terbaik cenderung berasal dari pengalaman.

c. Kurang bijaksana untuk mencoba mengambil peserta dari perusahaan atau sistem yang sama untuk dilatih.

d. Kadangkala sulit untuk memisahkan pengalaman kelompok-T dengan terapinya.

e. Personel yang kurang terlatih.

f. Banyak pelatih baru.

g. Mereka yang ahli dalam pelatihan kepekaan mungkin gagal menerapkan teknik yang tepat dalam membantu kelompok sukarela di tingkat lokal.

h. Pelatihan yang intensif sangat berpotensi menyebabkan frustasi pada porsi tanpa arahan dan di luar pengendalian.

i. Tidak semua jenis pelatihan berfungsi sama bagi seluruh personel.

C. PELATIHAN KEPEMIMPINAN

Pelatihan kepemimpinan mungkin berbeda dengan pelatihan kepekaan. Hal itu tergantung pada apa yang ingin dikerjakan dalam pelatihan kepemimpinan. Jelas ada perbedaan tujuan dalam proses pelatihan kepemimpinan.

Sebagai contoh, dalam pelatihan kontak tani atau ketua kelompok tani, yang ditujukan agar ketua kelompok tani dapat membantu penyuluhan, maka materinya dapat berupa tugas pimpinan, tata laksana organisasi, prinsip dan keterampilan subject matter, sumber bahan demonstrasi, metode mengajar, dan pembuatan catatan dan penyusunan laporan (Flores, Bueno, & Lapastora, 1983)

D. PELATIHAN KERJA

1. Definisi Pelatihan Kerja

Menurut Dejnozka & Kapel (1982), adalah “program terencana dari latihan yang sistematis tentang performansi kemampuan tertentu” (Malon, 1984).

Pada umumnya, pelatihan kerja adalah program yang didesain untuk meningkatkan kompetensi penyuluh, sementara mereka melaksanakan pekerjaan mereka. Oleh karena itu pelatihan tersebut seyogyanya (a) berfokus pada masalah, (b) berorientasi pada pelajar/peserta, dan (c) tersusun dari serangkaian kegiatan yang terjadwal.

2. Asumsi dan Rasional Dasar

Pimpinan penyuluhan yang merencanakan program pelatihan kerja seyogyanya mempunyai asumsi dan rasional dasar dalam pikirannya sebelum kegiatan dilaksanakanasumsi ini dengan rasionalitas yang jelas seharusnya memberikan kerangka kerja bagi desain program pelatihan kerja. Rasionalitas tersebut berdasarkan dua pertanyaan. Seberapa jauh program diusulkan : (a) sesuai dengan tujuan umum, tujuan khusus dan misi organisasi, dan (b) menggunakan hasil penelitian yang ada sehubungan dengan praktik yang diterima berdasarkan pengalaman pengguna sistem yang berhasil?

3. Pedoman Bagi Perencana Program Pelatihan Kerja

Proses perencanaan program sebaiknya digunakan untuk mendesain program pelatihan kerja yang efektif. Berikut ini adalah pedoman perencanaan yang terdiri atas komponen dan pertanyaan yang perlu dijawab oleh perencana pelatihan kerja.

a. Identifikasi masalah.

b. Identifikasi pelajar/peserta.

c. Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus.

d. Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran.

e. Format dan penjadwalan kegiatan belajar.

f. Evaluasi dan penilaian.

E. PELATIHAN PARTISIPATIF

Pelatihan untuk orang dewasa memerlukan strategi dan teknik yang berbeda dengan pelatihan bagi anak-anak (pedagogis). Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda, yaitu keterlibatan atau peran serta peserta pelatihan, dan pengaturan lainnya yang menyangkut materi pelatihan, waktu penyelenggaraan, dan lain sebagainya.

Untuk menerapkan pelatihan partisipatif dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang tidak menggurui dan menceramahi, maka peranan fasilitator bukanlah hanya sekedar memindahkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta, akan tetapi mendorong keterlibatan peserta dalam proses belajar secara mandiri.

Agar pelatihan partisipatif dapat berjalan dengan lancar, maka pemandu (facilitator), pelatih (trainer) dengan menggunakan metode dan teknik yang banyak melibatkan peran serta peserta harus dapat berperan dengan baik untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Dalam pelatihan partisipatif biasanya digunakan apa yang disebut siklus belajar dari pengalaman (experiential learning cycle).

Mengalami

Menerapkan

Mengungkapkan

Generalisasi

Menganalisis

Metode ini mempunyai tahapan tertentu, yakni

(1) Mengalami, pengalaman merupakan inti proses belajar. Hal ini mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan, pengalaman, dan apa saja yang dialami.

(2) Mengungkapkan, berbagi pengalaman, perasaan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai isu dan konteks tersebut mempunyai hubungan dan arti dalam kehidupan peserta.

(3) Menganalisis, tahap ini merupakan suatu proses untuk memahami berbagai ungkapan pengalaman dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar atau pelatihan secara kritis.

(4) Generalisasi, merupakan tahap yang sangat penting dalam proses belajar dan pelatihan Berbagai ungkapan pengalaman dan analisis yang terjadi, perlu ditarik suatu generalisasi atau kesimpulan sebagai bahan untuk menyusun tindak lanjut.

(5) Menerapkan, termasuk didalamnya uji coba, penelitian, implementasi dan pengambilan resiko, atau dapat juga merupakan kegiatan menunggu, mendengarkan dan mengamati.

Mempersiapkan Pelatihan Partisipatif

Menurut pengalaman yang dilakukan oleh Program Deliveri (2000a), ada beberapa langkah penting dalam mempersiapkan suatu pelatihan yang perlu ditempuh oleh seorang fasilitator, yaitu :

1) Merumuskan materi dan muatan dalam urutan yang logis.

2) Merencanakan dan memperkirakan kebutuhan waktu yang sesuai.

3) Pikirkan dan susunlah langkah-langkah yang tepat.

4) Memilih, menetapkan, dan menggunakan beragam metode.

5) Mempunyai awal dan akhir, artinya ada jangka waktu tertentu dalam pelaksanaan pelatihan.

6) Hindari adanya kevakuman dalam proses interaksi antara fasilitator dan peserta dalam proses pelatihan.

Disamping hal tersebut fasilitator juga hendaknya juga mempersiapkan sarana atau media belajar, pengaturan tempat, konsumsi dan akomodasi (bagi yang memang diadakan untuk itu).

F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MERANCANG PELATIHAN

Pada setiap perencanaan selalu ada unsur-unsur (1) siapa, (2) apa, (3) di mana, (4) bagaimana, (5) kapan (Kartasaproetra, 1994, Ibrahin, 2003, Proyek Deliveri, 2000 B). Seperti dikemukakan oleh (Lunadi, 1982), unsur-unsur perencanaan pelatihan antara lain :

1) Siapa yang akan dilatih?

2) Apa yang akan mereka pelajari?

3) Siapa yang akan menyampaikan pelajaran?

4) Dengan cara bagaimana mereka akan dilatih?

5) Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi?

G. PROSEDUR RANCANGAN PELATIHAN

1. Identifikasi kebutuhan.

2. Identifikasi sasaran

3. Identifikasi sumber

4. Identifikasi hambatan.

5. Pengembangan alternatif.

6. Seleksi.

H. CONTOH RANCANGAN KEGIATAN PELATIHAN

Menurut Lunadi, (1982), rancangan kegiatan pelatihan dapat dilakukan dengan menjawab lima pertanyaan, yaitu (1) Siapa yang akan dilatih? (2) Apa yang akan mereka pelajari? (3) Siapa yang akan menyampaikan pelajaran? (4) Dengan cara bagaimana mereka akan dilatih? (5) Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi?

Tabel 1. Contoh Rancangan Pelatihan Pengelolaan Perkoperasian

No.

Pertanyaan

Jawaban

1.

Siapa yang akan dilatih?

Orang-orang dewasa yang berminat dan belum mempunyai pengetahuan perkoperasian dengan pendidikan formal, profesi, usia, jenis kelamin yang beragam.

2.

Apa yang akan mereka pelajari?

a. Falsafah kerja sama dalam kelompok

b. Keterampilan hubungan antara manusia (human relations).

c. Teknis pengelolaan perkoperasian

3.

Siapa yang akan menyampaikan pelajaran?

Tiga orang staf pendidikan Biro Konsultasi Koperasi Kredit (yang telah mendapat pelatihan khusus perkoperasian, dan POD).

4.

Dengan cara bagaimana mereka akan dilatih?

a. Metode pendidikan orang dewasa.

b. Metode laboratorium digunakan untuk mengajarkan falsafah kerja sama dalam kelompok dan keterampilan hubungan antara manusia.

c. Ceramah digunakan untuk memberikan pengetahuan dasar.

d. Studi kasus dipakai untuk memberikan pelajaran kepengurusan dan peraturan koperasi.

e. Permainan peran untuk pendekatan manusiawi.

f. Pemutaran slide untuk menumbuhkan motivasi.

g. Latihan ekperimensial untuk teknis administratif perkoperasian.

5.

Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi?

Hasil latihan akan dievaluasi dalam dua tahap :

a. Segera setelah selesai kegiatan pelatihan dengan menggunakan formulir evaluasi yang diisi oleh para peserta.

b. Segera setelah peserta merintis pembentukan koperasi kredit, peserta diminta mengirim surat ke Biro Konsultasi Koperasi Kredit.

I. PENGATURAN RUANGAN

Dalam kegiatan pendidikan, walaupun materi, bahan dan pendidik yang bermutu sudah tersedia, tetapi jika pengaturan ruangan kurang diperhatikan, hasilnya bisa kurang memuaskan.

Dalam menata ruangan pelatihan, perlu diperhatikan beberapa hal penting berikut :

1. Ruangan yang cukup luas untuk menampung semua peserta yang akan hadir.

2. Ruangan khusus, baik untuk diskusi kelompok kecil maupun untuk sidang paripurna.

3. Penerangan yang cukup terang dan tidak menyilaukan, dan stop kontak untuk berbagai alat bantu audiovisual.

4. Peredaran udara yang cukup baik dengan jendela-jendela yang cukup.

5. Ruangan yang cukup bersih.

6. Toilet yang cukup dekat untuk peserta.

7. Kursi yang cukup jumlahnya dan baik kondisinya untuk sejumlah peserta yang direncanakan.

Dalam pelaksanaan pendidikan itu sendiri perlu dipikirkan pengaturan tempat duduk yang paling sesuai dengan metode pendidikan yang hendak dipergunakan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan tempat duduk bagi pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut :

1. Peserta dapat melihat pendidik dengan jelas.

2. Peserta dapat saling memandang satu sama lain.

3. Peserta dapat meninggalkan tempat duduk dengan mudah, jika ia harus maju ke depan atau pindah ke kelompok kecil.

4. Peserta dapat melihat dengan jelas alat peraga yang digunakan.

5. Tidak ada peserta yang duduknya menghadap cahaya yang menyilaukan.

6. Pembimbing bebas bergerak untuk berbagai keperluan seperti menggunakan alat peraga, membuat variasi gerakan dan menyampaikan materi pelatihannya.

7. Tersedia meja di sudut ruangan untuk meletakkan bahan ajar yang belum digunakan atau akan digunakan kemudian.

Tidak ada komentar: